Nama :
Laras Sati
Kelas :
3PA08
NPM :
14512161
Mata Kuliah :
Psikologi Manajement
Review Jurnal Psikologi Manajement
1.
Judul Jurnal
Semangat Kerja Dan Gaya
Kepemimpinan
2.
Perumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara gaya kepemimpinan dengan
semangat kerja karyawan.
3.
Latar Belakang & Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan pengaruh gaya
kepemimpinan pada Karya-antusiasme. Hipotesis dinyatakan bahwa karyawan yang
memiliki hubungan orientasi. Pemimpin akan meningkatkan kerja antusiasme
mereka. Subyek penelitian adalah 100 karyawan. Data diperoleh dengan
Kepemimpinan Skala gaya dan skala Work-antusiasme. Hasilnya menunjukkan bahwa
ada ada perbedaan yang signifikan pada antusiasme kerja antara relationorientation
yang pemimpin dan pemimpin tugas-orientasi. Hipotesis ini konsisten dengan
hasil studi.
4.
Variabel & Hipotesis
a) Variabel dalam penelitian ini adalah :
Ø Variabel bebas :
gaya kepemimpinan
Ø Variable tergantung :
semangat kerja.
b)
Hipotesis dalam
penelitian ini adalah semangat kerja karyawan yang mempunyai pemimpin dengan
gaya kepemimpinan berorientasi hubungan (relationship oriented) lebih
tinggi dibandingkan dengan karyawan yang mempunyai pemimpin dengan gaya
kepemimpinan berorientasi tugas.
5.
Rancangan Alat Ukur
Ada dua alat ukur dalam penelitian ini yaitu Skala Gaya
Kepemimpinan dan Skala Semangat Kerja. Gaya kepemimpinan diukur dengan Skala
Gaya Kepemimpinan (SGK).
6.
Responden
Subjek dalam penelitian ini adalah 100 karyawan Pertamina,
Unit Pemasaran dan Pembekalan
Dalam Negeri atau UPDN. Jumlah
keseluruhan karyawan adalah 135. Dalam hal ini,
35 subjek digunakan untuk ujicoba skala
dan sisanya untuk pengambilan
data penelitian.
7.
Rancangan Analisis Data
Teknik analisis data untuk menguji hipotesis penelitian dilakukan dengan
t-test.
8.
Metodelogi
Metode
penelitian kuantitatif yaitu menganalisis data dengan menggunakan SGK terdiri
atas dua macam aspek yaitu gaya kepemimpinan yang berorientasi hubungan dan
kebih berorientasi tugas. Gaya kepemimpinan yang berorientasi hubungan meliputi
pemberian motivasi, melibatkan karyawan dalam pengambilan keputusan, bersikap
kekeluargaan, dan memberikan kepercayaan penuh. Gaya kepemimpinan berorientasi
tugas adalah gaya kepemimpinan yang menekankan memberikan petunjuk, mengawasi
secara ketat, menekankan tugas agar sesuai dengan prosedur, dan lebih
menekankan tugas. Dalam skala ini, konsep ke dua gaya kepemimpinan, termasuk
dalam satu gejaia kontinuitas. Artinya jika subjek termasuk mempunyai sekor total
di atas rata-rata, maka diklasifikasikan sebagai gaya kepemimpinan hubungan.
Jika mempunyai sekor total dibawah rata-rata diklasifikasikan dalam gaya
kepemimpinan berorientasi tugas.
Berdasarkan
hasil uji coba pada karyawan di Pertamina dengan 35 orang subjek, didapatkan
hasil 3 butir dinyatakan gugur dari 60 butir yang disusun. Koefisien korelasi
aitem total untuk SGK bergerak antara 0,288 - 0,599. Koefisien reliabilitas
dengan alpha Cronbach sebesar 0,857.
SSK
terdiri atas 64 butir dan 9 butir dinyatakan gugur sehingga tinggal 55 butir.
Koefisien korelasi aitem-total bergerak antara 0,290 - 0,766. Koefisien
reliabilitas dengan alpha Cronbach sebesar 0,957.
Berdasarkan
hasil ujicoba ke dua alat ukur tersebut, maka kedua skala dinyatakan telah mempunyai
kemampuan konsistensi intemal cukup tinggi dan reliabel.
9.
Tahun Penelitian
Tahun 1999.
10.
Landasan Teori
a)
Indikasi turunnya
semangat kerja dikatakan
Zainun (1986) dapat dilihat dari tolok ukur
yang ditampilkan melalui :
Ø Turunnya produktivitas kerja
Ø Tingkat absensi yang tinggi
Ø Labour turn-over yang
tinggi
Ø Tingkat kerusakan bahan yang tinggi
Ø Kegelisahan di setiap unit kerja
Ø Pihak karyawan sering menuntut
Ø Pemogokan.
b)
Faktor-faktor yang
mempengaruhi semangat kerja karyawan menurut Zainun (I 986) adalah :
Ø Hubungan yang harmonis antara atasan dan bawahan,
terutama pimpinan yang sehari-hari langsung berhubungan dan berhadapan dengan
karyawan bawahannya.
Ø Kepuasan kerja terhadap tugas yang diembannya.
Ø Adanya suasana atau iklim kerja yang bersahabat dengan
anggota-anggota lainnya.
Ø Mempunyai perasaan bermanfaat bagi tercapainya tujuan
organisasi perusahaan.
Ø Adanya tingkat kepuasan ekonomi dan kepuasan material
yang memadai sebagai imbalan yang dirasakan adil terhadap jerih payah yang
diberikan kepada organisasi.
Ø Adanya ketenangan jiwa, jaminan kepastian, serta
perlindungan terhadap segala sesuatu yang dapat membahayakan dirinya dan karir
dalam pekerjaannya.
c)
Suradinata (1995)
mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap semangat kerja
karyawan yaitu :
Ø Tidak merasa tertekan karena pekerjaan yang diberikan,
bahkan mereka mencintai pekerjaannya.
Ø Hubungan yang harmonis antara pimpinan dan bawahannya,
khususnya yang setiap hari berhubungan langsung.
Ø Kepuasan ekonomi dan material.
Ø Kepuasan terhadap pekerjaan dan tugasnya sehari-hari.
Ø Ketenangan mental karena ada jaminan hukum dan kesehatan
selama bekerja.
Ø Rasa kemanfaatan bagi organisasi.
d)
Adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi mempengaruhi gaya kepemimpinan dikemukakan oleh Schmidt
(dalam Stoner, 1973) ada 3 yaitu :
Ø Hal-hal yang bersumber dari pimpinan meliputi latar
belakang pengetahuan dan pengalaman.
Ø Hal-hal yang bersumber dari bawahan meliputi kematangan,
kebebasan bertindak, kemandirian, dan keinginan memperoleh wewenang dan
tanggungjawab.
Ø Hal-hal yang bersumber dari situasilingkungan meliputi
gaya yang lebih disukai kelompok kerja, sifat dari tugas, dan tekanan waktu.
e)
Adapun kaitan
antara gaya kepemimpinan yang berorientasi tugas dan hubungan yang beroreintasi
hubungan seperti yang dinyatakan oleh Matutina (1997) sebagai berikut :
Ø Pemimpin yang lebih mementingkan tugas secara maksimal,
akan tercipta penyelesaian tugas secara baik, namun di lain fihak, pemimpin
tersebut kurang memperhatikan hubungan kerjasama dengan bawahannya.
Ø Pemimpin yang lebih mengutamakan hubungan kerjasama, pada
umumnya akan tercipta suasana atau iklim kerja yang menguntungkan. Dengan demikian
dapat meningkatkan semangat kerja, pengabdian terhadap pekerjaan dan
organisasi. Namun apabila hanya memfokuskan diri terhadap hubungan kerja, akan
mengakibatkan berkurangnya perhatian terhadap penyelesaian tugas dan pencapaian
hasil.
11.
Hasil & Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data dengan t-test diperoleh
hasil t sebesar 0,57 (p > 0,05). Artinya tidak ada perbedaan semangat kerja antara
karyawan yang mempunyai pemimpin dengan gaya kepemimpinan yang beroreintasi
hubungan, dengan karyawan yang mempunyai pemimpin dengan gaya kepemimpinan
berorientasi tugas. Dengan demikian, hipotesis yang diajukan ditolak.
Baik secara epistimologi maupun secara teoritis akibat
dari sikap kepemimpinan yang berlainan gaya tersebut tentunya membawa dampak
pernbedaan pada para karyawan, namun secara realitas ternyata terbukti tidak
terdapat perbedaan yang berarti. Sebagaimana difahami bahwa faktor yang menyebabkan
turunnya semangat kerja adalah terdiridari banyak faktor, dan sebagai indikator
dapat tercermin dari antara lain turunnya produktivitas kerja,tingkat absensi
yang tinggi, labour turn over tinggi, tingkat kerusakan peralatan juga
tinggi, keresahan karyawan, bahkan mungkin terjadinya pemogokan. Sedangkan
naikatau stabilitas semangat kerja karyawan dapat dilihat dari sikap karyawan
terhadap indikator: kepuasan kerja, kepuasan ekonomi atau materiil lainnya,
ketenagan jiaw, iklim kerja yang bersahabat, rasa diri bermanfaat bagi
organisasi dan hubungan harmonis dengan pimpinan.
12.
Kesimpulan
a)
Suatu perusahaan
dalam mencapai produktivitas atau kinerjanya sangat dipengaruhi oleh sistem
manajemen yang berintikan pada hubungan antara unsur-unsur kepemimpinan dan
semangat kerja karyawannya. Oleh karena itu dinamika atau semangat kerja
karyawan sangat berpengaruh terhadap naik turunnya produktivitas.
b)
Dari aspek
kepemimpinan sangat dipengaruhi pula oleh gaya kepemimpinan yang diterapkan
sedangkan dari aspek semangat kerja sangat ditentukan oleh faktor faktornya
baik yang berbentuk materi maupun non materi.
c)
Dari hasil
penelitian yang bersubyekkan 100 orang dari unit perbekalan dan pemasaran
pertamina Jakarta Utara ini diperoleh hasil bahwa ternyata antara Gaya Kepemimpinan
baik yang berorientasikan kepada pelaksanaan tugas maupun yang berorientasikan
kepada hubungan kerjasama nampak tidak menunjukkan perbedaan dan tidak ada yang
berpengaruh negatif terhadap semangat kerja karyawan. Hal ini memungkinkan
bahwa eksistensi pada karyawan sudah dalam kondisi memadai (baik dalam hal
imbalan-kesejahteraan, jaminan baik kesehatan maupun hukum tentang eksistensi
diri dalam organisasi) sehingga apapun sistem yang mereka alami tidak
memberikan pengaruh yang berarti.
13.
Saran
a)
Penerapan gaya
apapun tentang kepemimpinan dalam suatu organisasi perusahaan tidak akan
memiliki pengaruh negatif manakala eksistensi para karyawan telah memiliki
kesadaran akan tugas dan fungsinya yang ditunjang oleh kecukupan imbalan yang
memadai. Dengan kata lain kecukupan imbalan dan jaminan kepastian hukum
terhadap karyawan, maka mereka tidak akan terpengaruh secara negarif terhadap
gaya kepemimpinan apaun yang diterapkan oleh atasan atau manajemen.
b)
Sehubungan dengan
hal tersebut yang penting kini bukanlah gaya Kepemimpinan tetapi bagaimana membentuk
moralitas kerja yang baik agar karyawan merasa sadar selalu akan tugas, arti
penting dirinya bagi organisasi, serta mencukupi secara relatif kebutuhannya
sesuai kemampuan perusahaan.
Daftar Pustaka
Ø
Alex S. Nitisemito
A.S., 1982, Manajemen Personalia (Manajemen Sumber Daya Manusia).
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Ø
Zainun B., 1986, Manajemen
dan Motivasi, Jakarta: Balai Aksara.
Ø
Chaplin J.P., 1993,
Dictionary of Psichology. Penerjemah: Kartini Kartono, Jakarta: Pustaka
Binaman Pressindo.
Ø
Matutita D.C.,
1997, Manajemen Personalia. Jakarta: Rineka Cipta. Suradinata E., 1995, Psikologi
Kepegawaian dan Peraturan Pimpinan dalam Motivasi Kerja Bandung: Ramadhan.
Ø
Fiedler, 1967, A
Theory of Leadership Effectiveness. New York: Mc Graw Hill. Book Company
dalam Rustandi A., 1992, Gaya Kepemimpinan, Bandung: CV. Armico.
Ø
Nawawi H., 1990, Administrasi
Personaia untuk Meningkatkan Produktivitas Kerja, Jakarta: CV. Haji
Masagung.
Ø
Fairchild H.P.,
1960, Dictionary of Sociology, New Jersey: Little field Adams dan Co.
Paterson dalam Kartini Kartono, 1994, Psikologi Social untuk Manajemen,
Perusahaan dan Industri, Jakarta: Rajawali Press.
Ø
Pertamina, 1998, Establishment,
Jakarta: Pertamina. ______, 1999, Peraturan Persahaan Bidang Sumber Daya
Manusia (Norma dan Kyarat Kerja). Jakarta: Pertamina.
Ø
Siagiaan S.P.,
1984, Organisasi Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi. Jakarta: Gunung
Agung.
Ø
Stogdill, 1974, Handbook
of Leadership: A Survey of Theory and research. New York Free Press dalam
Kartini Kartono, 1994. Psikologi Sosial untuk Manajemen, Persahaan dan
Industri. Jakarta: Rajawali Press.
Ø
Hadi S., 1995, Metodologi
Research, Jilid I Yogyakarta: Gunung Agung.